Dalam era akhir tahun 2018 dan permulaan tahun 2019, nampaknya kedua kubu pendukung Paslon dalam menarik dukungan Paslonnya untuk Pemilu 17 April 2019, telah melakukan segala cara untuk dapat mendukung Paslonnya, termasuk dari kalangan Individu- individu Alumni UI, yaitu dengan menggunakan kaos warna kuning dan alumni UI dengan alasan individu alumni berhak untuk menyatakan pendapat politiknya tanpa membawa-bawa lambang UI.
Namun pada fakta kenyataannya dengan berkumpulnya para Individu-individu Alumni UI dalam jumlah skala besar dengan beramai-ramai berkumpul di salah satu sudut Gelora Bung Karno, memakai kaos kuning bertuliskan Alumni UI disuatu podium panggung yang berwarna kuning, jelas sekali dimaksudkan untuk “memberikan kesan” kepada masyarakat awam dan umum adanya suatu Group atau Kelompok Rombongan Alumni UI, yang mendukung salah satu Paslon tertentu;
Hal diatas jelas terlihat secara sengaja dimaksudkan untuk menunjukan kepada publik umum bahwa Group Kelompok Alumni UI dalam jumlah besar ini, yang terdiri dari para individu-invidu Alumni UI dengan memakai kaus kuning dengan tulisan mendukung Paslon tertentu, sehingga nampak jelas sekali bahwa Group Kelompok Alumni UI ini “tidak netral lagi” sebagai Lulusan Akademisi didalam bersikap terhadap Paslon yang ada.
Begitu juga sebelumnya dari medsos, terindikasi nampaknya ada kelompok lain dari Alumni UI yang juga memakai baju dengan logo Makara UI terlihat secara Group mendukung Paslon lawan pesaing Paslon diatas, sehingga para individu – individu yang berkumpul dan membentuk Group Alumni UI dengan menggunakan “Logo Makara UI” di kaosnya juga “terlihat tidak netral” dalam bersikap terhadap Paslon yang sedang bersaing untuk berebut kursi Kepresidenan dan Calon Presiden pada tanggal 17 April 2019.
Keadaan tidak sehat ini dalam dunia akademis ini, tentunya akan berakibat terjadinya pembelahan Kelompok Group Alumni UI yang harusnya “Menjaga Kenetralannya”, karena para Alumni UI tersebut yang berkumpul membentuk Group Alumni UI dengan mendukung Paslon tertentu, seharusnya dapat menjaga “Marwah Independensi”- nya untuk “tidak boleh terkontiminasi” dengan “politik praktis” yang mengejar kekuasaan, sehingga Penulis berpandangan bahwa sebaiknya “dunia Akademis” termasuk Alumni Universitas Indonesia, janganlah diseret – seret dalam masalah dukung – mendukung Paslon Capres dan Cawapres dalam rangka Kampanye para Paslon, mengingat “sifat alamiah atau nature” dari “dunia Intelektual Akademis” adalah “bukan mencari Kekuasaan“, dan “Tidak Boleh BIAS” dengan terlibat dalam “Pusaran Lingkaran Kekuasaan Para Elit Oligargi” melainkan haruslah “berorentasi senantiasa berada di – “Garda Terdepan Sebagai Group Kelompok Intelektual Bangsa” Yang senantiasa harus Bersifat “Independent” dan menjaga “Jarak dengan Lingkaran Kekuasaan” guna dapat terjaga “Ke-independensian-nya didalam “membela kepentingan kebenaran”, “moral”, “kejujuran”, “keadilan” serta “senantiasa bersifat kritis” terhadap setiap dan semua lembaga dan institusi yang berkuasa baik di “Eksekutif, Legislatif, Yudikatif” didalam menjaga jalannya penyelenggaraan negara ini, mengingat sifat ke-Akademisannya, berdasarkan “memperoleh pendidikan ilmu pengetahuan” yang diperoleh dalam Universitas, yang harus senantiasa Menggunnakan “Nalar Pikiran Yang Cerdas” dan tidak Terkontiminasi dengan “Hawa Nafsu Kekuasaan”.
Sumbangan penting dari dunia Akademis Universitas adalah dapat menfasilitasi tempat di Universitas, bagi kedua Paslonnya, untuk dapat saling berargumentasi atas usulan program masing-masing Paslon, jika Paslon tersebut terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk masa 5 ( Lima) Tahun kedepan;
Maka dengan demikian masing-masing Paslon ini harus dan berani bersedia untuk “diuji kemampuan nalarnya” dengan diajukankannya pertanyaan – pertanyaan yang kritis dari Para Akademis baik Mahasiswa maupun Alumni Universitas, yang menjadi Panelis, sehingga dapat benar-benar dan sungguh-sunguh tereksplorasi pandangan Visi dan Misi Paslon ini 5 Tahun kedepan, secara intelektual, yang harus diliput pula oleh Media Elektronik baik “Main Stream maupun Alternatif Media”, guna dapat disaksikan oleh Masyarakat Umum, dimana nantinya adalah benar-benar “terserah sepenuhnya” kepada masyarakat /Audience yang mempunyai “Hak Secara Konstitusi” untuk benar-benar “Mengetahui Jalan Pikiran Visi dan Misi maupun Debat” diantara Para Paslon, sebelum Para Pemilih ini nantinya menjatuhkan pilihannya atas kedua Paslon yang sedang bersaing untuk diberikan Amanah Oleh Rakyat Indonesia ini.
Memang nampaknya potret dari para Individu Akademis UI ini masih “Rawan” dan “Rentan” untuk “mudah terjebak dan terseret dalam kancah berpolitik praktis” dengan menunggangi “Group Alumni UI” serta berpentas di “Panggung Berwarna Kuning” sebagai Kuda Troya yang terbentuk dengan berkumpulnya para Individu-Individu secara Kelompok Besar serta menggunakan “Panggung Berwarna Kuning UI”, sehingga tidak ada bedanya lagi dengan “Para Relawan” dari masing-masing Tim Sukses Para Paslon, dimana Paslonnya juga “tidak dapat menahan diri” untuk seharusnya “tidak memanfaatkan” keinginan Dangkal dari para Individu Individu Alumni UI untuk berkumpul bersama dalam skala besar sehingga terbentuk “Group Alumni UI” untuk memenuhi “Hasrat Hawa Nafsu” dalam keterlibatan dukung-mendukung Paslon yang “mengejar Kekuasaan”.
Tentunya ini adalah pandangan Penulis yang memang dalam perjalanan hidupnya memilih dan lebih cenderung tertarik untuk berada di “Jalur Independen – Merdeka” yang berprofesi sebagai “Independent Business Lawyer”.
Sekian dahulu uneg-uneg dari Penulis di akhir Januari awal Tahun 2019.
Jakarta, 23 Januari 2019
Agung S.Suleiman SH
Alumni FHUI tahun 1973